Kisah Nabi Muhammad SAW


Nama : Muhammad bin Abdullah
Usia : 63 tahun
periode Sejarah : 570 - 632 M
Tempat diutus : Mekah
Jumlah keturunan : 7 anak (3 laki-laki dan 4 perempuan)
Tempat Wafat : Madinah
Sebutan Kaum : Bangsa Arab
Dalam Al-Qur'an namanya disebutkan sebanyak 25 kali

Kisah Nabi Muhammad SAW - Nabi Muhammad SAW adalah Nabi pembawa risalah Islam. Rasul terakhir dan penutup rangkaian para nabi dan rasul Allah SWT di muka bumi. Ia adalah seorang dari yang tertinggi diantara 5 rasul yang termasuk dalam golongan Ulul Azmi atau meeka yang mempunyai keteguhan hati (Q.S. 46 : 35). Keempat rasul lainnya dalam Ulul Azmi tersebut ialah Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Nuh AS dan Nabi Isa AS.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, sebuah kabilah paling mulia dalam suku Quraisy yang mendominasi masyarakat Arab. Ayahnya bernama Abdullah Muttalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya bernama Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal dengan nama Tahun Gajah, karena pada tahun itu terjadi peristiwa besar, yaitu datangnya pasukan gajah menyerbu Mekah dengan tujuan untuk menghancurkan Ka'bah. Pasukan itu dipimpin oleh Abrahah, gubernur Kerajaan Habsyi di Yaman. Abrahah ingin mengambil alih kota Mekah dan Ka'bahnya sebagai pusat perekonomian dan peribadatan bangsa Arab. Ini sejalan dengan keinginan K Kaisar Negus dari Ethiopia untuk menguasai seluruh tanah Arab, yang bersama-sama dengan Kaisar Byzantium menghadapi musuh dari timur, yaitu Persia (Irak). Dalam penyerangan Ka'bah itu, tentara Abrahah hancur karena dilempari batu oleh burung Ababil, Abrahah sendiri lari kembali ke Yaman dan tidak lama kemudian meninggal dunia.

Beberapa bulan setelah penyerbuan tentara gajah, Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Muhammad. Ia lahir pada hari senin 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, bertepatan dengan 20 April 570 M. Saat itu ayah Muhammad, Abdullah, telah meninggal dunia. Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya Abdul Muttalib. Nama itu sedikit ganjil di kalangan orang-orang Quraisy.


Masa Pengasuhan Halimah binti Abu Du'aib as Sa'diyah

Adalah suatu kebiasaan di Mekah, anak yang baru lahir diasuh dan disusui oleh wanita desa dengan maksud supaya ia bisa tumbuh dalam pergaulan masyarakat yang baik dan udara yang lebih bersih. Saat Muhammad lahir, ibu-ibu dari desa Sa'ad datang ke Mekah menghubungi sanak keluarga yang ingin menyusui anaknya. Desa Sa'ad terletak kira-kira 60 km dari Mekah dekat kota Ta'if, suatu wilayah pegunungan yang sangat baik udaranya. Di antara ibu-ibu tersebut, ada seorang wanita yang bernama Halimah binti Abu Du'aib as Sa'diyah. Keluarga Halimah tergolong miskin, karenanya ia sempat ragu untuk mengasuh Muhammad. Akan tetapi, entah mengapa bayi Muhammad sangat menawan hatinya, hingga akhirnya Halimah pun mengambil Muhammad sebagai anak asuhnya. Ternyata kahadiran Muhammad SAW sangat membawa berkah pada keluarga Halimah. Dikisahkan bahwa kambing peliharaan Haris, suami Halimah menjadi gemuk-gemuk dan menghasilkan susu lebih banyak dari biasanya. Rumput tempat menggembala kambing pun menjadi tumbuh subur, keluarga Halimah yang semula suram berubah menjadi bahagia dan penuh kedamaian. Mereka yakin sekali, bahwa nabi dari Mekah yang mereka asuh itulah yang membawa berkah bagi kehidupan mereka.

Tanda-Tanda Kenabian

Sejak kecil, Muhammad telah memperlihatkan keistimewaan yang sangat luar biasa. Usia 5 bulan, ia sudah pandai berjalan. Usia 9 bulan, ia sudah mampu berbicara. Pada usia 2 tahun, ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain menggembala kambing. Saat itulah ia berhenti menyusu, dan harus dikembalikan lagi kepada ibunya. Dengan berat hati Halimah harus mengembalikan anak asuhnya yang telah memberi berkah itu, sementara Aminah sangat senang melihat anaknya kembali dalam keadaan sehat dan segar. Namun tidak lama setelah itu, Muhammad kembali diasuh oleh Halimah karena terjadi wabah penyakit di kota Mekah.

Dalam masa asuhannya kali ini, baik Halimah maupun anak-anaknya sering menemukan keajaiban di sekitar diri Muhammad. Anak-anak Halimah sering mendengar suara yang memberi salam kepada muhammad, padahal mereka tidak melihat ada orang disitu.

Dalam kesempatan lain. Dimrah, anak Halimah berlari-lari sambil menangis dan mengadukan bahwa ada dua orang bertubuh besar dan berpakaian putih menangkap Muhammad. Halimah bergegas menyusul Muhammad. Saat ditanyai, Muhammad menjawab "Ada 2 malaikat turun dari langit. Mereka memberikan salam kepadaku, membaringkanku, membuka bajuku, membelah dadaku, membasuhnya dengan air yang mereka bawa, lalu menutup kembali dadaku tanpa aku merasa sakit". Halimah sangat gembira melihat keajaiban-keajaiban pada diri Muhammad. Namun, karena kondisi ekonomi keluarganya yang semakin melemah, ia terpaksa mengembalikan Muhammad yang saat itu berusia 4 tahun kepada ibu kandungnya di Mekah. Pada usia 6 tahun, Muhammad telah menjadi yatim piatu. Aminah, ibu kandungnya meninggal dunia karena sakit sepulangnya ia mengajak Muhammad berziarah ke makam ayahnya. Kemudian Abdul Muttalib mengambil alih tanggung jawab untuk merawat Muhammad. Namun, Abdul Muttalib pun meninggal. Dan tanggung jawab pemeliharaan Muhammad pun beralih kepada Abu Thalib, pamannya.

Pernikahan Dengan Khadijah

Pada usia 25 tahun, atas permintaan Khadijah binti Khuwailid seorang saudagar kaya raya, Muhammad berangkat ke Suriah membawa barang dagangan milik saudagar wanita yang telah lama menjanda itu. Sejak pertemuan pertama dengan Muhammad, Khadijah telah menaruh simpati melihat penampilan Muhammad yang sopan. Kekagumannya semakin bertambah ketika mengetahui hasil penjualan yang dicapai Muhammad di Suriah melebihi perkiraannya. Akhirnya Khadijah mengutus Maisaroh dan teman karibnya Nufasah untuk menyampaikan isi hatinya kepada Muhammad, Khadijah yang berusia 40 tahun melamar Muhammad untuk menjadi suaminya. Setelah bermusyawarah dengan keluarganya, lamaran itu diterima dan pernikahan pun diadakan secara sederhana. Yang hadir dalam acara pernikahan tersebut antara lain Abu Thalib, Waraqah bin Nawfal dan Abu Bakar as-Siddiq. Pernikahan yang bahagia itu dikaruniai 6 orang anak terdiri dari 2 anak lelaki yang bernama Al-Qasim dan Abdullah, dan 4 anak perempuan yang bernama Zainab, Ruqqayah, Ummu Kalsum dan Fatimah.

Menerima Wahyu Pertama

Menjelang usianya yang ke 40, Muhammad SAW sering menyendiri ke Gua Hira, sekitar 6 km sebelah timur kota Mekah. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana. Suatu ketika, pada tanggal 17 Ramadhan (6 Agustus 611) Ia melihat cahaya terang memenuhi ruangan gua itu. Tiba-tiba, malaikat Jibril muncul di hadapannya sambil berkata "Iqra (bacalah)" Lalu Muhammad menjawab "Saya tidak dapat membaca" Mendengar jawaban Muhammad, Jibril lalu memeluk tubuh Muhammad dengan erat, lalu melepaskannya dan kembali menyuruh Muhammad membaca. Namun, setelah sampai 3 kali, Muhammad tetap memberikan jawaban yang sama. Malaikat Jibril kemudian menyampaikan wahyu Allah SWT yang pertama, yang artinya "Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Menciptakan. Ia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah yang Paling Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya" (Q.S. 96 : 1-5).

Saat itu, Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun kamariyah (penanggalan berdasarkan bulan) atau 39 tahun 3 bulan 8 hari ( penanggalan berdasarkan matahari). Dengan turunnya 5 ayat pertama ini, berarti Muhammad telah dipilih oleh Allah SWT sebagai rasul.

Setelah pengalaman luar biasa di Gua Hira, dengan rasa ketakutan dan cemas Nabi Muhammad SAW pulang ke rumah dan berseru pada Khadijah "Selimuti aku, selimuti aku", sekujur tubuhnya terasa panas dan dingin silih berganti. Setelah lebih tenang, barulah ia bercerita pada istrinya. Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Nabi Muhammad SAW datang pada saudara sepupunya, Waraqah bin Naufal yang banyak mengetahui kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Nabi Muhammad SAW, Waraqah pun berkata "Aku bersumpah atas nama Tuhan, yang dalam tangan-Nya terletak hidup Waraqah. Tuhan telah memilihmu menjadi Nabi kaum ini. An-Namus al-Akbar (malaikat Jibril) telah datang kepadamu. Kaummu akan mengatakan bahwa engkau penipu, mereka akan memusuhimu dan mereka akan melawanmu. Sungguh, sekiranya aku dapat hidup pada hari itu, aku akan berjuang membelamu".

Dakwah Nabi Muhammad SAW

Wahyu berikutnya adalah surat Al-Mudattsir:1-7 yang artinya

"Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah" (Q.S. 74 : 1-7).

Dengan turunnya surat Al-Mudattsir ini, mulailah Rasulullah SAW berdakwah. Mula-mula, ia melakukannya secara sembunyi-sembunyi di lingkungan keluarga dan rekan-rekannya. Orang pertama yang menyambut dakwahnya adalah istrinya, Khadijah. Dialah orang yang pertama masuk Islam. Menyusul setelahnya adalah Ali bin Abi Thalib, saudara sepupunya yang kala itu berumur 10 tahun, sehingga Ali merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Baru kemudian diikuti oleh Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya dan Ummu Aiman, pengasuh Nabi SAW, sejak ibunya masih hidup. Abu Bakar sendiri, kemudian berhasil mengislamkan beberapa teman dekatnya, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas dan Talhah bin Ubaidillah. Dari dakwah yang masih rahasia ini, belasan orang berhasil masuk Islam.

Setelah beberapa lama Nabi SAW menjalankan dakwah secara diam-diam, turunlah perintah agar Nabi SAW menjalankan dakwah secara terang-terangan. Mula-mula, ia mengundang kerabat karibnya dalam sebuah jamuan. Pada kesempatan ini, ia menyampaikan ajarannya. Namun ternyata hanya sedikit yang menerimanya, sebagian menolak dengan halus dan sebagian lagi menolak dengan kasar, salah satunya adalah Abu Lahab.

Langkah dakwah seterusnya, diambil Nabi Muhammad SAW dalam pertemuan yang lebih besar. Ia pergi ke bukit Shafa, sambil berdiri disana ia berteriak memanggil orang-orang. Karena Nabi Muhammad adalah orang yang terpercaya, penduduk yakin pastilah terjadi sesuatu yang sangat penting sehingga mereka pun berkumpul disekitar Nabi SAW.

Untuk menarik perhatian, Mula-mula Nabi Muhammad SAW berkata ; "Saudara-saudaraku, jika aku berkata dibelakang bukit ini ada pasukan musuh yang siap menyerang kalian, percayakah kalian?"

Dengan serentak mereka menjawab "Percaya, kami tahu saudara tidak pernah berbohong. Kejujuran saudara tidak ada duanya, saudara yang mendapat gelar al-Amin"

Kemudian Nabi Muhammad SAW meneruskan "Kalau demikian, dengarkanlah. Aku ini adalah seorang Nazir (pemberi peringatan), Allah telah memerintahkanku agar aku memperingatkan saudara-saudara. Hendaknya kalian menyembah Allah saja. Tidak ada Tuhan selain Allah. Bila saudara ingkar, saudara akan terkena azabnya dan saudara nanti akan menyesal. Penyesalan kemudian tidak ada gunanya"

Tapi khotbah itu ternyata membuat orang-orang yang berkumpul itu marah, bahkan sebagian dari mereka ada yang menganggapnya gila. Pada saat itu, Abu Lahab berteriak ; "Celakalah engkau hai Muhammad! Untuk inikah kau mengumpulkan kami!"

Sebagai balasan terhadap ucapan Abu Lahab tersebut, turunlah ayat Al-Qur'an yang artinya ; "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. kelak ia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar yang di lehernya ada tali dari sabut (Q.S. 111 : 1-5).

Aksi-Aksi Menentang Dakwah Nabi Muhammad SAW

 Reaksi-reaksi keras menentang dakwah Nabi Muhammad SAW bermunculan, namun tanpa lelah Nabi Muhammad terus berdakwah sehingga hasilnya mulai nyata. Hampir setiap hari ada yang menggabungkan diri dalam barisan pemeluk agama Islam, mereka terutama dari kaum wanita, budak, pekerja serta orang-orang miskin serta lemah.

Tantangan terberat dalam dakwah datang dari para penguasa Mekah, kaum feodal dan para pemilik budak. Mereka ingin mempertahankan tradisi lama disamping juga khawatir jika struktur masyarakat dan kepentingan-kepantingan dagang mereka akan tergoyahkan oleh ajaran Nabi Muhammad SAW yang menekankan pada keadilan sosial dan persamaan derajat.

Mereka menyusun rencana untuk melepaskan hubungan keluarga antara Abi Thalib dan Nabi Muhammad SAW agar berhenti berdakwah, atau menyerahkannya kepada mereka. Abi Thalib terpengaruh oleh ancaman tersebut, ia meminta agar Nabi Muhammad menghentikan dakwahnya. Tetapi Nabi Muhammad SAW menolak permintaannya. Gagal dengan cara pertama, kaum Quraisy lalu mengutus Walid bin Mugirah menemui Abi Thalib dengan membawa seorang pemuda untuk ditukarkan dengan Nabi Muhammad SAW. Pemuda itu bernama Umarah bin Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan. Namun, Abi Thalib menolaknya. Kembali mereka mengalami kegagalan, berikutnya mereka menghadapi Nabi Muhammad SAW secara langsung. Mereka mengutus Utbah bin Rabi'ah seorang ahli retorika untuk membujuk Nabi Muhammad SAW, mereka menawarkan tahta, wanita dan harta yang mereka kira diinginkan Nabi Muhammad SAW. Namun, semua tawaran itu ditolaknya.

Setelah gagal dengan cara-cara diplomatik dan bujuk rayu, kaum Quraisy mulai melakukan tindak kekerasan. Budak-budak mereka yang telah masuk Islam, mereka siksa dengan sangat kejam. Dengan pertimbangan yang mendalam, pada tahun ke-5 kerasulannya. Nabi Muhammad SAW menetapkan Abessinia atau Habasyah (Ethiopia) sebagai tempat pengungsian, karena raja negeri itu adalah seorang yang adil, lapang hati dan suka menerima tamu. Berbagai usaha dilakukan oleh kaum Quraisy untuk menghalangi hijrah ke Habasyah ini, termasuk membujuk raja negeri tersebut agar menolak kehadiran umat Islam disana. Namun usaha itupun gagal, semakin kejam mereka memperlakukan umat Islam justru semakin bertambah pemeluk agama Islam. Bahkan ditengah meningkatnya kekejaman tersebut, dua orang kuat kaum Quraisy masuk agama Islam yaitu  Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khatab. Dengan masuknya dua orang yang dijuluki "Singa Arab" itu, semakin kuatlah posisi umat Islam dan dakwah Nabi Muhammad SAW pada waktu itu.

Kemudian, Nabi Muhammad SAW berusaha menyebarkan dakwah ke luar kota, yaitu Ta'if. Namun reaksi yang diterima Nabi Muhammad SAW dari Bani Saqif (penduduk Ta'if) tidak jauh berbeda dengan penduduk Mekah. Nabi Muhammad SAW disoraki, diejek, dilempari batu sampai beliau luka-luka dibagian kepala dan badannya


Peristiwa Isra Mi'raj

pada tahun ke-10 kenabiannya, Nabi Muhammad SAW mengalami peristiwa Isra Mi'raj.
Isra yaitu perjalanan malam hari dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem.
Mi'raj yaitu kenaikan Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa ke langit melalui beberapa tingkatan menuju Baitul Makmur, Sidratulmuntaha, Arsy (tahta Tuhan) dan kursi (singgasana Tuhan) hingga menerima wahyu di khadirat Allah SWT. Dalam kesempatannya berhadapan langsung dengan Allah SWT inilah, Nabi Muhammad SAW menerima perintah untuk mendirikan shalat 5 waktu sehari semalam.
Peristiwa Isra MI'raj ini terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Isra ayat 1.

Hijrah

Harapan baru bagi perkembangan Islam muncul dengan datangnya jemaah haji ke Mekah yang berasal dari Yatsrib (Madinah). Nabi Muhammad SAW  memanfaatkan kesempatan ini untuk menyebarkan agama Allah SWT dengan mendatangi tenda-tenda mereka, namun usaha ini selalu diikuti oleh Abu Lahab dan kawan-kawannya dengan mendustakan Nabi Muhammad SAW.

Suatu ketika, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan 6 orang dari suku Aus dan Khazraj yang berasal dari Yatsrib. Setelah Nabi Muhammad SAW menyampaikan pokok-pokok ajaran Islam, mereka menyatakan diri masuk Islam di hadapan Nabi Muhammad SAW.

Pada musim haji berikutnya, datanglah delegasi Yatsrib dari suku Aus dan Khazraj. Mereka menemui Nabi Muhammad SAW disuatu tempat yang bernama Aqabah, mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Karena ikrar ini dilakukan di Aqabah, maka dinamakan Bai'at Aqabah. Rombongan tersebut kemudian kembali ke Yatsrib sebagai juru dakwah dengan ditemani oleh Mus'ab bin Umair yang sengaja diutus oleh Nabi Muhammad SAW atas permintaan mereka.

Pada musim haji selanjutnya, delegasi dari Yatsrib datang kembali. Mereka meminta agar Nabi Muhammad SAW bersedia pindah ke Yatsib, mereka berjanji akan membela Nabi Muhammad dari segala ancaman. Nabi Muhammad SAW menyetujui usul yang mereka ajukan. Mengetahui adanya perjanjian antara Nabi Muhammad SAW dan orang-orang Yatsrib, kaum Quraisy semakin kejam terhadap kaum muslimin. Hal ini membuat Nabi Muhammad SAW memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib secara diam-diam, sementara Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar as-Shiddiq tetap tinggal di Mekah bersama Nabi Muhammad SAW, sebelum mereka menyusul hijrah ke Yatsrib (Madinah).

Terbentuknya Negara Madinah

Setelah Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, beliau diangkat menjadi pemimpin penduduk kota itu. Ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan yang kokoh bagi pembentukan suatu masyarakat baru.

Dasar pertama yang yang ditegakkan adalah Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di dalam Islam) yaitu antara kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah) dengan kaum Anshor (penduduk Madinah yang masuk Islam dan membantu kaum Muhajirin). Nabi Muhammad SAW mempersaudarakan individu-individu kaum Muhajirin dengan individu-individu kaum Anshor, dengan persaudaraan semacam ini, Rasulullah telah menciptakan persaudaraan baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama.

Dasar kedua adalah sarana terpenting untuk mewujudkan rasa persaudaraan tersebut, yaitu tempat pertemuan. Sarana yang dimaksud adalah Masjid. tempat untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT secara berjamaah yang juga dapat digunakan untuk bermusyawarah. Nabi Muhammad SAW merencanakan pembangunan masjid itu serta ikut langsung membangun bersama-sama kaum muslimin, masjid yang dibangun ini kemudian dikenal dengan nama Masjid Nabawi. Di dekat masjid itu, di bangun pula tempat tinggal Nabi Muhammad SAW beserta keluarga.

Dasar ketiga adalah hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang bukan beragama Islam. Di Madinah, selain orang-orang Arab Islam juga masih terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka.

Masyarakat yang dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah sudah dapat dikatakan sebagai sebuah negara, dengan Nabi Muhammad sebagai kepala negaranya. Dengan terbentuknya negara Madinah, Islam semakin bertambah kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang Mekah menjadi resah, mereka takut kalau-kalau umat Islam memukul mereka dan membalas kekejaman yang pernah mereka lakukan. Mereka juga khawatir, kafilah dagang mereka ke Suriah akan di ganggu atau dikuasai oleh kaum muslimin.

Peperangan Nabi Muhammad SAW

Perang Badr
Merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dengan kaum musyrikin Quraisy Mekah yang terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan puncak dari serangkaian pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum Quraisy Mekah. Perang ini berkobar, setelah berbagai upaya perdamaian yang dilakukan Nabi Muhammad SAW gagal. Abu Jahal, panglima perang pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal tewas dalam perang itu. Kemenangan itu sungguh pertolongan Allah SWT (Q.S. 3 : 123).

Tidak lama setelah perang Badr, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi Muhammad SAW karena melihat kekuatan pasukan Nabi Muhammad SAW.

Perang Uhud
Terjadi karena keinginan balas dendam kaum Quraisy Mekah yang kalah dalam perang Badr. Perang ini terjadi tada tahun 3 H. Pasukan Quraisy dibantu oleh kabilah Tihama dan Kinanah dibawah pimpinan Khalid bin Walid. Perang pun berkobar, pasukan Islam dapat memukul mundur pasukan musuh yang jauh lebih besar.

Melihat kemenangan yang sudah di ambang pintu, pasukan pemanah yang di tempatkan oleh Rasulullah diatas bukit meninggalkan pos mereka dan turun untuk mengambil senjata peninggalan musuh. mereka lupa akan pesan Rasulullah untuk tidak meninggalkan pos mereka dalam keadaan bagaimanapun. Situasi ini di manfaatkan pasukan musuh untuk segera melakukan serangan balik, Nabi Muhammad sendiri terkena serangan musuh. Sisa-sisa pasukan Islam diselamatkan oleh berita tidak benar yang diterima musuh bahwa Nabi Muhammad SAW telah meninggal sehingga mereka mengakhiri pertempuran. Perang Uhud ini menyebabkan 70 orang Pejuang Islam gugur sebagai syuhada.

Perang Khandaq
Terjadi pada tahun 5 H. Merupakan perang antara kaum muslimin Madinah melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar dan bersekutu dengan masyarakat Mekah. Karena itu, perang ini juga disebut sebagai perang Ahzab (sekutu beberapa suku).

Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah SAW. Mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit pertahanan di bagian-bagian kota yang terbuka, karena itulah peang ini disebut perang Khandaq yang berarti parit. Tentara sekutu yang tertahan oleh parit, mengepung Madinah dengan mendirkan perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup membuat masyarakat Madinah menderita, karena hubungan mereka dengan dunia luar menjadi terputus. Suasana krisis itu diperparah oleh pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah yaitu Bani Quraizah dibawah pimpinan Ka'ab bin Asad. Namun akhirnya, petolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan melakukan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu, pada malam hari angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan kemah-kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Akhirnya mereka menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing tanpa hasil apapun. Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati. Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzab : 25-26.

Perjanjian Hudaibiyah
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah di syari'atkan. Hasrat kaum muslimin untuk mengunjungi Mekah sangat bergelora. Nabi Muhammad SAW memimpin langsung sekitar 1.400 orang kaum muslimin berangkat umrah pada bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang adanya perang. Untuk itu, mereka mengenakan pakaian ihram dan membawa senjata ala kadarnya untuk menjaga diri bukan untuk berperang.

Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak beberapa kilometer dari Mekah. Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum muslimin masuk ke Mekah dengan menempatkan sejumlah besar tentara untuk berjaga-jaga. Akhirnya, diadakanlah perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah yang isinya antara lain :
- Kedua belah pihak setuju untuk melakukan gencatan senjata selama 10 tahun.
- Bila ada pihak Qurausy menyebrang ke pihak Nabi Muhammad SAW, ia harus dikembalikan. Tetapi bila ada pihak Nabi Muhammad SAW yang yang menyebrang ke pihak Quraisy, pihak Quraisy tidak harus mengembalikannya.
- Tiap kabilah bebas melakukan perjanjian dengan pihak Nabi Muhammad SAW maupun pihak Quraisy.
- Kaum muslimin belum boleh mengunjungi ka'bah pada tahun tersebut, tetapi di tangguhkan pada tahun berikutnya.
- Jika tahun depan kaum muslimin memasuki kota Mekah, orang Quraisy harus keluar lebih dulu.
- kaum muslimin tidak di izinkan memasuki kota Mekah dengan membawa senjata kecuali pedang di dalam sarungnya, dan tidak boleh tinggal di Mekah lebih dari 3 hari 3 malam.

Tujuan Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian tersebut sebenarnya adalah berusaha merebut dan menguasai Mekah, untuk kemudian dari Mekah menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain. Ada 2 faktor utama yang mendorong kebijaksanaan ini ;
1. Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab, sehingga dengan melalui konsolidasi bangsa Arab dengan Islam, diharapkan Islam dapat tersebar ke luar.
2. Mengislamkan suku Quraisy. Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka Islam akan memperoleh dukungan yang besar. Karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar di kalangan bangsa Arab.

Setahun kemudian, ibadah haji di tunaikan sesuai perjanjian. Banyak orang Quraisy yang masuk Islam setelah menyaksikan ibadah haji yang dilakukan kaum muslimin, disamping juga melihat kemajuan yang di capai oleh masyarakat Islam di Madinah.

Di tengah-tengah suatu bangsa yang tenggelam dalam kebiadaban, telah lahir seorang Nabi.
Ia telah berhasil membacakan ayat-ayat Allah SWT kepada mereka yang mensucikannya serta mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka, padahal sebelumnya mereka berada dalam kegelapan yang pekat.
Pada awalnya, Nabi Muhammad SAW mendapati mereka bergelimang dalam ketakhayulan yang merendahkan derajat manusia. Lalu ia mengilhami mereka dengan kepercayaan dengan satu-satunya Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kasih Sayang.
Kalau sebelumnya semenanjung Arab berada dalam kegelapan rohani, maka ia datang membawa cahaya terang untuk menyinari rohani mereka.

Pekerjaannya selesai sudah, dan semuanya diselesaikan dengan baik semasa hidupnya. Disinilah letak keunggulan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi-Nabi yang lain.

Ibadah Haji Terakhir

Pada tahun 10 H, Nabi Muhammad SAW menunaikan ibadah haji yang terakhir yang disebut juga haji wada'. Pada tanggal 25 Zulkaidah 10 atau 23 Februari 632, Rasulullah SAW meninggalkan Madinah. Sekitar seratus ribu jemaah turut menunaikan ibadah haji bersamanya. Pada waktu wukuf di Arafah, Nabi Muhammad SAW menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah.

Isi khotbah itu antara lain ;
- Larangan menumpahkan darah kecuali dengan haq (benar) dan larangan mengambil harta orang lain dengan bathil (salah), karena nyawa dan harta adalah suci.
- Larangan riba dan menganiaya.
- Memperlakukan para istri dengan baik dan lemah lembut.
- Menjauhi dosa.
- Semua pertengkaran mereka di zaman jahiliyah harus dimaafkan.
- Pembalasan dengan tebusan darah yang berlaku di jaman jahiliyah tidak lagi di benarkan.
- Persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus di tegakkan.
- Hamba sahaya harus di perlakukan dengan baik.
- Dan yang terpenting, umat Islam harus selalu berpegang teguh pada dua sumber yang tidak akan pernah usang yaitu Al-Qur'an dan sunah nabi SAW.

Wahyu Terakhir

Setelah ibadah haji yang lain di sempurnakan, Nabi Muhammad SAW kembali ke Madinah. Di sinilah ia menghabiskan sisa hidupnya. Ia mengatur organisasi masyarakat di kabilah-kabilah yang telah memeluk Islam dan menjadi bagian dari persekutuan Islam. Petugas keamanan dan para da'i dikirimnya ke berbagai daerah untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan Islam dan memungut zakat. Pada saat itu, turun wahyu Allah yang terakhir "...Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agamamu..." (Q.S. 5:3).

Mendengar ayat ini, kaum muslimin bergembira karena telah sempurna agama mereka. Tetapi ada pula yang menangis, seperti Abu Bakar as-Siddiq, karena mengetahui bahwa ayat itu jelas merupakan pertanda berakhirnya tugas Rasulullah SAW.

Wafatnya Nabi Muhammad SAW

Dua bulan setelah menunaikan ibadah haji wada', Nabi Muhammad SAW menderita sakit demam. meskipun badannya mulai lemah, ia tetap memimpin shalat berjamaah. Baru setelah kondisinya tidak memungkinkan lagi, yaitu 3 hari menjelang wafat, ia tidak mengimami shalat berjamaah. Sebagai gantinya ia menunjuk Abu Bakar sebagai imam shalat, tenaganya dengan cepat semakin berkurang. Pada tanggal 13 Rabiul Awal 11 (8 Juni 632), Nabi Muhammad SAW menghembuskan napasnya yang terakhir di rumah istrinya, Aisyah binti Abu Bakar, dengan wasiat terakhir, "Ingatlah shalat, dan taubatlah...".




LANGGANAN ARTIKEL GRATIS
Dapatkan Artikel Terbaru Disini !
Masukkan email anda di bawah ini , maka anda akan mendapatkan kiriman terbaru dari KUMBERCER secara gratis via email. Terimakasih.

0 Response to "Kisah Nabi Muhammad SAW"

Post a Comment

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak...!