Petani itu pun pulang untuk mengambil sedikit susu dari rumahnya, ia menuangkannya ke dalam mangkuk dan menaruhnya dekat sarang ular tersebut sebagai ucapan rasa terima kasih. Lalu petani itu berkata...
"Wahai penjaga ladang ini, saya memberikan semangkuk susu ini sebagai ucapan terima kasih saya terhadap anda!".
Kemudian, petani itu pun pulang ke rumahnya.
Keesokan harinya, dia kembali lagi ke ladang untuk bekerja. Dia melihat mata uang emas di dalam mangkuk. Sejak saat itu, setiap hari dia selalu memberikan semangkuk susu dan setiap pagi dia selalu mendapatkan mata uang emas. Kejadian tersebut terus terulang setiap hari.
Suatu hari, petani tersebut akan pergi ke desa sebelah selama beberapa hari. Karena itu, dia menyuruh anaknya untuk menaruh semangkuk susu di depan sarang ular. Sang anak melakukan perintah ayahnya, ia memberikan semangkuk susu dan menaruhnya di depan sarang ular lalu pulang ke rumah. Keesokan paginya saat dia memberikan semangkuk susu lagi, dia menemukan mata uang emas di mangkuk kemarin. Sang anak berpikir...
"Sarang ular ini, mungkin penuh dengan mata uang emas. Jika saya membunuh ular itu, saya bisa sekaligus mengambil semua mata uangnya!"
Pada keesokkan harinya, dia menaruh lagi semangkuk susu di depan sarang ular. Namun dia tidak langsung pulang, dia sengaja menunggu ular itu keluar. Pada saat ular itu keluar dari sarangnya, sang anak langsung memukul kepala ular itu dengan pentungan. Tetapi, ular itu masih beruntung selamat dari kematian. Dan dalam keadaan marah, ular itu langsung mematuk sang anak dengan giginya yang tajam dan berbisa sehingga sang anak langsung meninggal.
Orang-orang sekampung yang menemukan anak itu telah meninggal lalu menguburnya kemudian memanggil si petani (ayahnya) untuk segera pulang.
Dua hari kemudian, si petani tiba di rumah dan mendapatkan penjelasan tentang kematian anaknya. Petani itu sangat menyesal dan sedih sekali.
Setelah beberapa hari, petani itu kembali mengambil semangkuk susu untuk di taruh di depan sarang ular. Kemudian dia memanggil si ular untuk keluar dari sarangnya. Setelah lama menanti, akhirnya ular itu pun keluar dari sarangnya dan berkata kepada si petani...
"Keserakahan yang sekarang membawamu ke sini! keserakahan yang membuatmu lupa akan kematian anakmu! Mulai sekarang, persahabatan di antara kita takkan bisa terjalin kembali. Anakmu yang bodoh telah memukulku dengan pentungan, dan aku telah menggigitnya hingga ia meningggal! Bagaimana aku bisa melupakan pukulan itu? Dan bagaimana kamu bisa melupakan rasa duka atas kehilangan anakmu?"
Setelah itu, ular itu memberikan sebuah mutiara yang sangat berharga kepada si petani lalu masuk ke dalam sarangnya. Namun, sebelum pergi dia berkata...
"Engkau jangan datang lagi ke sarangku!"
Petani itu pun mengambil mutiaranya, lalu pulang ke rumah sambil menyesali kebodohan yang telah dilakukan anaknya.
Pesan moral :
"Janganlah kita serakah, karena keserakahan dapat menghancurkan sebuah persahabatan atau kehilangan keluarga yang sangat disayangi bahkan kehilangan nyawa sendiri"
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete