Cerita Anak Muslim, Wanita Bergelimang Duka


Wanita Bergelimang Duka - Gadis bernama Mariyah. Karena ia dilahirkan di dataran tinggi Hifn di Qibthi (Mesir), maka ia dikenal dengan nama Mariyah Qibthiyyah. Tubuh gadis itu tinggi semampai, rambutnya keriting selaras dengan wajahnya yang manis.

Selepas masa kanak-kanaknya, Mariyah besama saudara perempuannya, Sirin, tinggal di istana Muqauqis. Seorang pembesar Mesir di bawah kekuasaan Byzantium, bukan sebagai putri istana namun tak lebih sebagai seorang budak.

Berita tentang kehadiran seorang Rasul sudah sampai ke negeri itu, apalagi setelah Rasulullah sendiri telah mengutus Hathib bin Abi Balta'ah ke Mesir membawa surat beliau tentang ajakan masuk Islam.

Dari mengenali kisah rasulullah yang di sampaikan Hathib. Muqauqis percaya dan kemudian beriman. Namun ia tidak langsung masuk Islam, ia masih merasa sungkan dengan rakyatnya.

Muqauqis kemudian membalas surat Rasulullah, sebagai bukti penerimaan dan rasa simpatinya. Surat itu di kirimkan melalui Hathib dan disertai dua orang wanita sebagai hadiah, dua orang wanita itu adalah Mariyah dan kakaknya, Sirin.


Kemudian berangkatlah Mariyah dan Sirin bersama Hathib ke Madinah, suatu perjalanan yang sangat melelahkan bagi seorang wanita. Yang membuat lebih berat lagi bagi Mariyah dan Sirin adalah meninggalkan kampung halaman mereka.

Selama dalam perjalanan yang memakan waktu berhari-hari itu. Mariyah dan Sirin mendapat kesempatan memperoleh dakwah tentang Islam dari Hathib. Saat rombongan itu tiba di Madinah, Rasulullah dan para sahabat baru saka datang dari Makkah setelah perjanjian Hudaibiyah.

Setelah beberapa waktu mereka tinggal di Madinah, Sirin dinikahi Hasan sedangkan Mariyah dinikahi Rasulullah sendiri. Sebuah perkawinan politik yang dilakukan Rasulullah untuk keperluan pengembangan agama Islam.

Merasa sebagai wanita hadiah, bathin Mariyah sebenarnya cukup tersiksa ditambah lagi harus menghadapi gelombang kecemburuan dari istri-istri Rasulullah yang lain, terutama Aisyah. Hanya karena kecintaannya kepada Islam dan Rasulullah, Mariyah rela dan tulus ikhlas menerima segalanya.

Rasulullah sendiri memang cukup besar memberi perhatian kepada istrinya yang satu ini. Jika istri-istri Rasulullah yang lain di tempatkan dalam satu komplek perumahan Ummul Mukminin, berbeda dengan Mariyah yang sengaja di tempatkan terpisah dan dititipkan di rumah Haritsah bin Nu'aim.

Setahun setelah menikah dengan Rasulullah, yang saat itu beliau sudah berusia 60 tahun, Mariyah kemudian mengandung. Kehamilannya ini sangat menggembirakan hati rasulullah setelah di tinggal ke enam putra putrinya dari istri yang lain.

Kehadiran bayi yang diberi nama Ibrahim itu menjadi obat kerinduan Rasulullah, lebih-lebih bagi Mariyah sendiri yang jauh dari sanak saudara dan kampung halaman.

Namun sayang, ketika usia Ibrahim menginjak dua tahun, ia meninggal karena panas. Air mata Rasulullah membasahi pipinya, melepas kepergian putranya. Beliau sendiri yang membopong dan meletakkannya ke liang lahat, sebagai peristirahatan terakhir Ibrahim, putranya.

Setahun kemudian, Rasulullah wafat. Tinggallah Mariyah yang hidup bergelimang duka. Lima tahun lamanya sepeninggal Rasulullah ia hidup menjanda, selama itu pula ia memilih tinggal di rumah, memisahkan diri dari pergaulan umum. Selama tinggal di Madinah semasa pemerintahan Khalifah Abu Bakar, tidak ada yang menemani Mariyah, kecuali Sirin saudara perempuannya.

Sering, karena tak tahan menanggung kesedihan hidupnya, Mariyah pergi ke makam putra dan suaminya. Di sana ia menangis sepuas-puasnya, menumpahkan segala kepedihan hatinya. Sampai kemudian ia di panggil oleh Allah SWT.

Wanita Mesir yang selalu bergelimang duka ini dimakamkan di Baqi' bersama para istri Rasulullah yang lain.




LANGGANAN ARTIKEL GRATIS
Dapatkan Artikel Terbaru Disini !
Masukkan email anda di bawah ini , maka anda akan mendapatkan kiriman terbaru dari KUMBERCER secara gratis via email. Terimakasih.

0 Response to "Cerita Anak Muslim, Wanita Bergelimang Duka"

Post a Comment

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak...!