Nama : Donald Isaac Pandjaitan
Tempat Tanggal Lahir : Balige, Sumatera Utara 19 Juni 1925
Meninggal : Jakarta, 1 Oktober 1965 (usia 40 tahun)
Pasangan : - Marieke Pandjaitan br Tambunan
Anak : 1. Catherine Pandjaitan
2. Masa Arestina
3. Ir. (Ing) Salomo Pandjaitan
4. Letnan Jenderal (purn) Hotmangaraja Pandjaitan
5. Tuthy Kamarati Pandjaitan
6. Riri Budiasri Pandjaitan
Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Pandjaitan adalah salah satu Pahlawan Revolusi korban dari tragedi Gerakan 30 September, ia dimakamkan di Taman Pemakaman Pahlawan Kalibata, Jakarta.
D.I Pandjaitan memulai pendidikan formal diawali dari Sekolah Dasar, kemudian masuk Sekolah Menengah Pertama dan terakhir di Sekolah Menengah Atas. Ketika ia tamat Sekolah Menengah Atas, Indonesia sedang dalam pendudukan Jepang. Sehingga ketika masuk menjadi anggota militer, ia harus mengikuti latihan Gyugun di Pekanbaru, Riau hingga Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Seiring berakhirnya serangan Agresi Militer Belanda yang ke-II, Indonesia pun memperoleh pengakuan kedaulatan. D.I Pandjaitan sendiri kemudian diangkat menjadi Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan, selanjutnya ia dipindahkan ke Palembang menjadi Kepala Staf T&T II/Sriwijaya.
Setelah mengikuti kursus Militer Atase (Milat) tahun 1956, ia ditugaskan menjadi Atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat. Ketika masa tugasnya telah berakhir sebagai atase militer, ia pun pulang ke Indonesia. Namun tidak lama setelah itu, yakni pada tahun 1962, perwira yang pernah menimba ilmu pada Associated Command and general Staff College di Amerika Serikat ini ditunjuk menjadi Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). Jabatan inilah terakhir yang diembannya saat peristiwa G30S/PKI terjadi.
Ketika menjabat sebagai Asisten IV Men/Pangad, ia mencatatkan prestasi tersendiri atas keberhasilannya membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk PKI. Dari situ diketahui bahwa senjata-senjata tersebut dimasukkan kedalam peti bahan bangunan yang akan dipakai dalam pembangunan gedung Conefo (Conference of the New Emerging Forces). Senjata-senjata tersebut diperlukan PKI yang sedang giat-giatnya mengadakan persiapan melancarkan pemberontakkan.
Pada dini hari, 30 September 1965, sekelompok anggota Gerakan 30 september meninggalkan Lubang Buaya menuju pinggiran Jakarta. Mereka memaksa masuk pagar rumah D.I Pandjaitan di Jlan Hasanudin, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, lalu menembak dan menewaskan salah seorang pelayan yang sedang tidur di lantai dasar rumah dua lantai dan menyerukan D.I Pandjaitan untuk turun ke bawah. Dua orang pemuda yaitu Albert Naiborhu dan Viktor Naiborhu terluka berat saat mengadakan perlawanan ketika D.I Pandjaitan diculik, tidak lama kemudian Albert meninggal. Setelah penyerang mengancam keluarganya, Pandjaitan turun dengan memakai seragam lengkap berdoa sambil menyerahkan diri kepada Yang Mah Esa untuk memenuhi panggilan tugas yang dimanipulasi oleh gerombolan PKI. Setelah D.I Pandjaitan ditembak mati, mayatnya dimasukkan ke dalam truk dan dibawa kembali ke markas mereka di Lubang Buaya. kemudian mayatnya dimasukkan kedalam sumur bekas bersama dengan korban-korban lainnya.
Jasad D.I Pandjaitan bersama dengan korban lainnya ditemukan pada tanggal 4 Oktober 1965 dan bersama-sama mereka dimakamkan pada tanggal 5 Oktober 1965 di Taman Pemakaman Pahlawan Kalibata, jakarta secara kenegaraan. Atas jasa-jasanya D.I Pandjaitan mendapatkan promosi Anumerta kepada Mayor Jenderal dan diberi gelar Pahlawan Revolusi.
0 Response to "Biografi Dan Sejarah Perjuangan Mayor Jenderal D.I Pandjaitan"
Post a Comment
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak...!