Karena keinginannya yang sangat menggebu-gebu, Abid bekerja keras membanting tulang untuk mengumpulkan uang. Tekad Abid sudah bulat bahwa Al Malikah harus jatuh pasrah dipelukannya walaupun hanya sesaat.
Setelah sekian lama bekerja, Akhirnya Abid dapat mengumpulkan uang sebanyak 100 dinar. Dengan berbekal uang sebanyak itu, ditemuinya perempuan yang selama ini menjadi pujaannya itu.
"Silahkan masuk" kata Al Malikah menyambut kedatanagan Abid.
Mendengar sapaan yang begitu mesra dari perempuan pujaannya, Abid melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar perempuan itu. Hari ini akan terpenuhi keinginannya karena uang sebanyak 100 dinar sudah ada disakunya.
Namun ketika Abid sudah berada didalam kamar dan duduk diatas ranjang, tubuhnya mendadak gemetar, peluh dingin membasahi seluruh tubuhnya. Abid meronta berusaha melepaskan diri dari pelukan Al Malikah.
"Lepaskan!...Lepaskan aku! Ambillah uang 100 dinar ini!" teriak Abid seraya berusaha bangkit dari ranjang Al Malikah.
"Kenapa kau? Apa yang terjadi dengan dirimu?" tanya Al Malikah tidak mengerti.
"Aku takut!" kata Abid masih gemetaran.
"Takut! Hahaha...Takut kepada siapa?" tanya Al Malikah.
"Aku takut kepada Allah. Bagaimana nanti aku harus mempertanggung jawabkan perbuatan maksiatku ini kepada-Nya?" ujar Abid.
Mendengar kata-kata itu Al Malikah menjadi tertegun, termangu diatas ranjangnya. Nuraninya tersentuh pada sikap lelaki yang duduk di dekatnya itu, suatu kejadian aneh atas dirinya yang tidak pernah ia alami sebelumnya. Padahal sudah berpuluh-puluh lelaki telah jatuh dalam pelukannya, tapi yang bersikap seperti Abid baru kali ini ditemuinya.
Tidak terasa air mata Al Malikah menetes membasahi pipinya, terbayang semua dosa yang selama ini ia lakukan sebagai seorang perempuan pelacur.
"Aku merasa simpati padamu, dan aku sangat kagum dengan keimananmu. Maukah kau mengambilku sebagai istri?" kata Al Malikah sambil tersedu.
"Mengambilmu sebagai istri? Oh, jangan! Aku akan pergi meninggalkan tempat ini" sahut Abid seraya bergegas untuk meninggalkan kamar Al Malikah.
"Jangan pergi! Bila kau tidak bisa melakukannya karena kita bukan suami istri, jadikanlah aku istrimu" kata Al Malikah.
"Mana mungkin?" sahut Abid tidak mengerti.
"Kenapa tidak mungkin? Aku sangat kagum dengan sikap dan ketaqwaanmu. Silahkan kau meninggalkan tempat ini, tapi kau harus berjanji akan menikahiku" jawab Al Malikah.
"Hmm, baiklah" ujar Abid, tanpa pikir panjang lagi meninggalkan kamar Al Malikah.
Begitu Abid meninggalkan kamarnya, Al Malikah bertekad akan meninggalkan pekerjaannya sebagai perempuan pelacur. Ia merasa menyesal atas perbuatannya selama ini, dan mulai detik ini juga ia akan bertaubat.
Tanpa sengaja, lelaki yang baru meninggalkan kamarnya itu telah menyadarkan dirinya dari perbuatan maksiat yang bergelimang dan berlumur dosa. Dan kini ia bertekad agar dirinya dijadikan istri oleh lelaki itu.
Beberapa hari kemudian, dengan hati yang berdebar-debar, Al Malikah datang ke sebuah desa dimana Abid tinggal. Mendengar dirinya dicari oleh Al Malikah, Abid menjadi sangat ketakutan. Bahkan, karena terlalu takutnya ia jatuh pingsan dan akhirnya meninggal dunia.
Ketika mengetahui perihal Abid, Al Malikah menangis tersedu-sedu. Ia merasa sedih dan kecewa, karena lelaki yang diharapkan menjadi suaminya telah meninggal sebelum sempat menikahi dirinya.
"Bila saat ini aku urung menjadi istri Abid, biarlah aku akan kawin dengan saudara Abid" kata Al Malikah dalam hati, karena terdorong keinginan untuk menebus dosanya selama ini.
Dengan bersusah payah, Al Malikah mencari tahu dan menelusuri tentang keluarga Abid. Akhirnya, seorang teman Abid memberitahunya, bahwa abid mempunyai saudara laki-laki, tetapi sangat miskin. Teman Abid itu mengingatkan Al Malikah, jika ia menikah dengannya akan menyesal nantinya.
"Biarlah dia orang miskin, aku tidak perduli!" jawab Al Malikah spontan "Aku tetap ingin menikah dengannya sebagai cintaku kepada Abid, saudaranya"
Beberapa pekan kemudian setelah bertemu dengan saudara Abid, terlaksanalah perkawinan antara Al Malikah dengan saudara lelaki Abid yang miskin.
"Allah telah membuka mata hati perempuan itu dengan taufik dan hidayahnya. Berbahagialah Al Malikah, mantan pelacur itu".
0 Response to "Takut Kepada Allah"
Post a Comment
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak...!