Nama : Ayyub bin Aish
Usia : 120 tahun
Periode Sejarah : 1540 - 1420 SM
Tempat Diutus : Dataran Hauran
Jumlah Keturunan : 26 anak
Tempat Wafat : Dataran Hauran
Sebutan Kaum : Bangsa Arami dan Amori di daerah Syria dan Yordania
Dalam Al-Qur'an namanya disebutkan sebanyak 4 kali
Keraguan Iblis Terhadap Ketaatan Nabi Ayyub
Para malaikat dilangit terkagum-kagum dan membicarakan tentang ketaatan Nabi Ayyub dan keikhlasannya dalam beribadah kepada Allah SWT. Iblis yang mendengar pembicaraan malaikat ini merasa iri dan ingin menjerumuskan Nabi Ayyub agar menjadi orang yang tidak sabar dan celaka. Mula-mula, iblis mencoba sendiri menggoda Nabi Ayyub agar tersesat dan tidak bersyukur kepada Allah, namun usahanya ini gagal. Lalu iblis menghadap Allah, meminta agar ia diizinkan untuk menguji keikhlasan Nabi Ayyub.
"Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayyub senantiasa patuh dan berbakti kepada-Mu, senantiasa memuji-Mu, tak lain hanyalah karena takut kehilangan kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadanya, karena ia ingin kekayaannya tetap terpelihara, semua ibadahnya bukan karena ikhlas, cinta dan taat kepada-Mu. Andaikata ia terkena musibah kehilangan harta benda, serta anak-anak dan istrinya, belum tentu ia tetap taat dan ikhlas menyembah-Mu."
Allah berfirman kepada iblis "Sesungguhnya Ayyub adalah hamba-Ku yang sangat taat kepada-Ku. Ia adalah seorang mukmin sejati. Apa yang ia lakukan untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah semata-mata dorongan iman yang teguh kepada-Ku, iman dan taqwanya takkan tergoyahkan hanya oleh perubahan keadaan duniawi. Cintanya kepada-Ku takkan berkurang walaupun di timpa musibah apapun yang melanda dirinya, karena ia yakin bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya atau Ku-jadikan berlipat ganda. Ia bersih dari tuduhan dan prasangkamu. Engkau tidak rela melihat hamba-hamba-Ku, anak cucu Adam berada dijalan yang lurus. Untuk menguji keteguhan hati Ayyub dan keimanannya pada takdir-Ku, Ku-izinkan kau menggoda dan mencoba memalingkannya dari-Ku. Kerahkan seluruh pembantu-pembantumu untuk menggoda Ayyub melalui harta dan keluarganya. Cerai-beraikan keluarganya yang rukun, damai, sejahtera itu. Lihatlah, sampai dimana kemampuanmu untuk menyesatkan Ayyub hamba-Ku."
Ujian Dan Cobaan Dari Allah Terhadap Nabi Ayyub
Demikianlah, iblis dan para pembantunya mulai menyerbu keimanan Nabi Ayyub. Mula-mula, mereka membinasakan hewan ternak pemeliharaan Nabi Ayyub, disusul lumbung-lumbung gandum dan lahan pertaniannya yang terbakar dan musnah. Iblis mengira Nabi Ayyub akan berkeluh kesah setelah kehilangan ternak dan pertaniannya, namun ternyata Nabi Ayyub tetap berhusnuzhon (berbaik sangka) kepada Allah. Segalanya ia pasrahkan kepada Allah, harta adalah titipan Allah yang sewaktu-waktu dapat diambil kembali.
Berikutnya iblis mendatangi putra-putra Nabi Ayyub yang sedang berada di sebuah gedung yang besar dan megah. Mereka menggoyang-goyangkan tiang-tiang gedung sehingga gedung itu roboh dan anak-anak Ayyub yang sedang berada di dalamnya semuanya mati. Iblis mengira usahanya kali ini akan berhasil menggoyahkan iman Nabi Ayyub, sekali lagi iblis harus kecewa. Nabi Ayyub tetap berserah diri kepada Allah. Ia memang bersedih hati dan menangis, tapi hati dan jiwanya tetap kokoh dalam keyakinan bahwa Allah Yang Maha Pemberi menghendaki sesuatu, tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi-Nya.
Iblis yang masih belum puas, lalu menaruh baksil di sekujur tubuh Nabi Ayyub sehingga beliau menderita penyakit kulit yang sangat menjijikan hingga ia dijauhi sanak family dan tetangganya. Istri-istrinya banyak yang pergi meninggalkannya, hanya seorang saja yang tetap setia mendampinginya, yaitu Rahmah. Lebih parah lagi, para tetangga Nabi Ayyub yang tidak mau ketularan penyakit yang di derita Nabi Ayyub mengusirnya dari kampung mereka. Maka pergilah Nabi Ayyub dan istrinya Rahmah ke sebuah tempat yang sepi. Selama 7 tahun penderitaan secara terus menerus memang merupakan ujian terberat bagi Nabi Ayyub, namun Nabi Ayyub tetap bersabar dan berzikir menyebut Asma Allah. Begitulah Nabi Ayyub menerima ujian dari Allah SWT dengan sabar dan ikhlas. Ia telah hidup dalam kenikmatan selama puluhan tahun, maka ia merasa malu untuk berkeluh kesah kepada Allah atas kesengsaraan yang hanya beberapa tahun. Sakit Nabi Ayyub membuat tidak ada lagi anggota badannya yang utuh kecuali jantung hati dan lidahnya. Dengan hati dan lidahnya ini, Nabi Ayyub tidak pernah berhenti berzikir kepada Allah, baik di waktu pagi, siang, sore dan malam hari. Untuk mencukupi hidup sehari-hari, Rahmah terpaksa bekerja di sebuah pabrik roti. Pagi ia berangkat, sorenya ia pulang ke rumah pengasingan. Namun lama kelamaan, majikannya tahu bahwa Rahmah adalah istri Nabi Ayyub yang memiliki penyakit berbahaya. Mereka khawatir Rahmah akan membawa baksil yang dapat menular melalui roti, oleh sebab itu mereka memecatnya. Rahmah yang setia ini masih memikirkan suaminya, ia meminta agar majkannya berkenan memberinya hutang roti, tetapi permintaannya ditolak. Majikannya hanya mau memberinya roti jika ia memotong gelung rambutnya yang panjang, padahal gelung rambut itu sangat disukai suaminya. Namun demi untuk mendapatkan roti, Rahmah akhirnya setuju dengan syarat majikannya itu. Ternyata, perbuatannya itu telah membuat Nabi Ayyub menduga bahwa ia telah menyeleweng.
Akhirnya pada suatu hari mungkin karena sudah tidak tahan dengan penderitaan yang terus menerus dihadapi, Rahmah pamit untuk meninggalkan suaminya. Ia beralasan ingin bekerja untuk menghidupi suaminya, Nabi Ayyub melarangnya tetapi Rahmah bersikeras sambil berkeluh kesah. Sesungguhnya tindakan Rahmah ini pun tidak lepas dari peranan iblis yang menghasutnya untuk meninggalkan suaminya, Ayyub. Mendengar keluh kesah istrinya, berkatalah Nabi Ayyub "Kiranya kau telah terkena bujuk rayu iblis, sehingga berkeluh kesah atas takdir Allah. Awas, kelak jika aku telah sembuh kau akan kupukul seratus kali. Mulai saat ini tinggalkan aku seorang diri, aku tak membutuhkan pertolonganmu sampai Allah menentukan takdir-Nya." Ditengah kesendiriannya, Nabi Ayyub bermunajat kepada Allah dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih-Nya. Allah SWT menerima doa Nabi Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi ujian dan cobaan. Allah berfirman ;
"Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ akan memancar air yang dengannya kau akan sembuh dari penyakitmu. Kesehatanmu akan pulih jika kau mempergunakannya untuk minum dan mandi."
Setelah minum dan mandi dengan air itu, Nabi Ayyub pun sembuh seperti sedia kala. Sementara itu, Rahmah yang telah pergi meninggalkannya, lama-kelamaan merasa kasihan dan tidak tega meninggalkan suaminya seorang diri. Ia datang untuk menjenguk, namun ia tidak mengenal lagi suaminya karena kini Nabi Ayyub tampak lebih sehat, lebih segar dan lebih tampan.
Nabi Ayyub sangat gembira melihat istrinya kembali, namun ia teringat sumpahnya yaitu memukul istrinya seratus kali. Ia harus melaksanakan sumpah itu, tapi ia bimbang karena bagaimanapun istrinya telah turut menderita sewaktu bersamanya 7 tahun ini. Tegakah ia memukulnya seratus kali? Allah mengetahui kebimbangan yang dirasakan Nabi Ayyub, maka datanglah wahyu dari Allah kepada Nabi Ayyub "Hai Ayyub! Ambillah lidi seratus batang dan pukullah istrimu sekali saja. Dengan demikian tertebuslah sumpahmu" Nabi Ayyub merasa lega dengan jalan keluar yang diwahyukan Allah itu. Dengan lidi seratus batang, dipukulnya istrinya satu kali pukulan yang sangat pelan, maka sumpahnya telah terlaksana.
Berkat kesabaran dan keteguhan imannya, Nabi Ayyub dikaruniai lagi harta benda yang melimpah ruah. Dari Rahmah, ia kemudian memperoleh anak yang bernama Basyar yang kemudian hari menjadi seorang nabi yang dikenal dengan nama Zulkifli. Kisah Nabi Ayyub ini merupakan teladan bagi hamba-hamba-Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman.
Riwayat Nabi Ayyub terdapat dalam surat Al-Anbiya : 83-84 dan surat Sad : 41-44.
0 Response to "Kisah Nabi Ayyub AS"
Post a Comment
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak...!