Ada si Ring-ring, laba-laba yang berprofesi sebagai penenun. Dia menenun berbagai kain sutra yang indah dengan jaringnya untuk dijual dan dapat digunakan sebagai mantel oleh serangga lain. Lalu ada Mada, si kaki seribu. Dia bekerja sebagai pengantar para serangga ke tempat tujuan dengan cepat.
Lalu ada Lola, si lalat yang bekerja sebagai tukang sampah. Dia membersihkan sampah-sampah agar kawasan itu tetap bersih, dan masih banyak lagi serangga-serangga lain dengan pekerjaan yang beragam. Tapi ada satu serangga yang sangat malas, dia adalah Kiko si belalang. Dia memiliki keinginan dan cita-cita yang tinggi, tapi sayang pekerjaannya hanya berkhayal dan bermimpi tanpa mau bekerja keras.
Dia sangat percaya dengan kemampuannya dan yakin akan berhasil, sehingga pekerjaan sehari-harinya hanya berkhayal dan menulis lirik-lirik lagu dan musik dengan biolanya. Tentu saja, karena dia bercita-cita menjadi musisi besar, pemusik yang terkenal. Tapi terkadang, keyakinan yang dia miliki tidak cukup dengan bakatnya serta tidak mau menerima masukan dari orang lain. Dia merasa tidak ada orang lain yang lebih tahu akan musik dan masa depannya, sehingga dia tidak mau menerima nasehat dari orang lain.
Waktu pun terus berlalu dan musim terus berganti, tidak terasa musim gugur telah hampir usai dan mendekati musim dingin. Para serangga dan binatang lain tengah giat bekerja keras untuk menyiapkan makanan sebagai persiapan di musim dingin, tak terkecuali para semut. Para semut memang terkenal sangat rajin. Meski pekerjaan mereka hanya sebagai pengangkut barang, mereka sangat giat bekerja dan selalu saling tolong menolong. Sedangkan Kiko si belalang, masih saja asyik dengan biolanya tanpa satu lagu pun yang dapat dia ciptakan.
"Hei, Kiko! Apakah kau tidak bekerja untuk persiapan di musim dingin?" tanya seekor semut.
"Apa yang kau tahu? Kau tidak sepintar aku. Aku ini adalah serangga yang memiliki bakat dan ditakdirkan sebagai musisi besar, tidak seperti semut sepertimu yang ditakdirkan sebagai kuli dan kecil. Dasar tak berguna, ha...ha...ha..." kata Kiko si belalang dengan sombongnya.
"Tapi tanpa persiapan, kau akan kesulitan menghadapi musim dingin. Musim dingin sebentar lagi datang, jika kau kurang persiapan, kau akan kelaparan dan mati. Aku hanya mencoba menasehatimu kawan" kata semut itu dengan sabar.
"Jangan kau panggil aku dengan sebutan kawan, karena aku tidak sudi berkawan dengan kasta rendah sepertimu. Dan calon musisi besar sepertiku juga tidak butuh nasehat dari semut sepertimu. Sekarang kamu pergi...!! Kau mengganggu konsentrasiku dalam menciptakan lagu" dengan nada kasar, Kiko si belalang mengusir semut yang baik hati itu.
Semut itu pun kemudian meninggalkan Kiko si belalang dengan hati yang sangat kecewa. Nasehat baiknya sama sekali tak dianggap, malah dicaci dan dihina dengan semena-mena hingga semut itu merasa sakit hati.
Akhirnya musim dingin tiba, para serangga dan hewan-hewan lain tengah berhenti dari pekerjaannya dan tinggal di rumah dengan nyaman. Dengan perbekalan yang cukup, mereka tidak khawatir lagi dalam melalui musim dingin yang cukup panjang. Tapi sebaliknya dengan apa yang dialami Kiko si belalang, dia kelaparan dan mengemis makanan dari satu tempat ke tempat lain untuk bertahan hidup. Dia juga tidak memiliki tempat tinggal, sehingga dia harus tidur di sembarang tempat dan melawan dingin yang menusuk tulang.
Hingga pada suatu hari, sampailah ia di rumah si semut yang dulu pernah dia hina dan dia ejek.
"Hai semut sahabatku, aku kelaparan.....maukah kau berbagi sedikit makanan denganku?" kata Kiko si belalang memelas.
"Maaf, aku tidak punya sahabat pengemis sepertimu. Makananku hanya cukup untuk keluargaku sendiri. Memang makananmu dimana, koq kamu sampai mengemis?" tanya si semut. Sebenarnya dia mengenali Kiko si belalang itu, tapi karena sakit hatinya di pura-pura tidak mengenalnya.
"Maaf, sahabatku.....selama musim gugur aku sibuk menulis lagu, sehingga aku tidak sempat mencari bekal makanan" jawab Kiko si belalang.
"Apa kau sudah bisa menulis lagu?" tanya si semut lagi.
"Aku sudah menghasilkan sebuah lagu" jawab Kiko si belalang dengan tersenyum dan sedikit bangga.
"Nah kalau begitu, sekarang waktunya kau memainkan lagu ciptaanmu dan menari-nari dengan riang. Semoga saja lagu itu bisa membuatmu kenyang...!" kata si semut sambil menutup pintu rumahnya.
Kiko si belalang hanya dapat berdiri tertegun di depan pintu, dia menyesal dengan segala perbuatan dan sifat buruknya di masa lalu. Dia menyesal dulu sangat angkuh, sombong dan suka merendahkan orang lain. Kini giliran dirinya direndahkan oleh orang yang dulu pernah dia hina. Namun dia sadar, menyesal pun sekarang sudah tidak ada gunanya lagi. Dan mulai saat itu, Kiko si belalang belajar banyak hal. Dia berjanji akan berusaha lebih baik dan memperbaiki sifat-sifat buruknya.
Pesan moral ;
"Janganlah bermalas-malasan. Kerjakanlah hal-hal yang lebih penting daripada sekedar menghayal"
0 Response to "Cerita Semut Dan Belalang Yang Malas"
Post a Comment
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak...!