Sementara itu, Prabu Tapa Agung yang merupakan raja dari Kerajaan Pasir Batang sudah tua dan sering sakit-sakitan. Ia berencana akan menunjuk salah seorang putrinya untuk menjadi ratu sebagai penggantinya untuk memerintah Kerajaan Pasir Batang. Sebagai raja yang bijaksana, ia berpikir secara mendalam tentang keputusannya ini. Ia tidak mempunyai putra mahkota, tujuh anak yang dilahirkan permaisuri semuanya perempuan. Lima diantaranya sudah menikah, sementara dua putri lainnya belum menikah yaitu Putri Purbasari dan Putri Purbararang.
Setelah mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya, akhirnya sampailah ia pada rencana untuk mengangkat Putri Purbasari sebagai penggantinya untuk memerintah Kerajaan Pasir Batang. Rencananya itu ia sampaikan kepada seluruh kerabat istana dan para pembesar kerajaan. Semua menyetujui rencana Prabu Tapa Agung dan memuji kebijaksanaannya, kecuali Putri Purbararang dan Raden Indrajaya tunangannya.
Putri Purbararang, sebagai putri sulung merasa jauh lebih berhak untuk mendapatkan kehormatan sebagai pengganti Prabu Tapa Agung. Karena hidup sebagai ratu, bagi Purbararang bermakna harta dan kekuasaan begitu juga menurut calon suaminya Raden Indrajaya. Tetapi, keputusan Prabu Tapa Agung sudah bulat. Putri Purbasari adalah calon ratu yang akan menggantikannya kelak jika ia mundur dari tampuk kepemimpinan Kerajaan Pasir Batang. Putri Purbararang yang marah dan kesal dengan keputusan ayahnya, pergi menemui Ni Ronde seorang dukun sakti, ia akan menggagalkan rencana penobatan Putri Purbasari sebagai ratu.
Sihir yang dilakukan Ni Ronde sangat mengerikan. Dalam semalam, Putri Purbasari terkena teluh berupa penyakit kulit yang menjijikan. Seluruh wajah, tubuh hingga ujung kakinya melepuh dan bernanah. Penyakit itu menimbulkan aroma busuk. Tidak ada tabib yang bisa menyembuhkan penyakit itu, semua tabib menyerah.
Kemudian, Putri Purbararang dan Raden Indrajaya menghadap Prabu Tapa Agung untuk menghasut agar Putri Purbasari diasingkan ke hutan. Menurut Putri Purbararang, tidaklah mungkin Putri Purbasari menggantikan ayahandanya itu menjadi ratu. Menurutnya, ialah yang berhak dianugerahi tampuk kekuasaan Kerajaan Pasir Batang. Menurut Putri Purbararang dan Raden Indrajaya, Putri Purbasari telah terkena kutukan karena menyalahi kebiasaan kerajaan-kerajaan dari jaman dulu "Yang paling berhak dinobatkan sebagai raja atau ratu adalah anak sulung bukan anak bungsu".
Berkat kepandaian berbicara mereka berdua, Prabu Tapa Agung berhasil dipengaruhi. Akhirnya Putri Purbasari diasingkan ke hutan. Prabu Tapa Agung sebenarnya sangat sedih, Putri Purbasari merupakan putri kesayangannya, karena kecantikan, sopan santun, kecerdasan dan sifat-sifat baiknya, kini harus di asingkan ke hutan yang penuh dengan binatang-binatang buas. Akan tetapi, Prabu Tapa Agung harus melakukannya bisa saja kata-kata Putri Purbararang benar. Jika Putri Purbasari terkena kutukan, maka ia harus dijauhkan dari istana kerajaan karena takut penyakit itu bisa menular dan membahayakan seluruh rakyat Kerajaan Pasir Batang.
Kepada patih kepercayaannya yang bernama Uwak Batara Lengser, Prabu Tapa Agung menyerahkan Putri Purbasari untuk diasingkan ke hutan yang berada diluar wilayah Kerajaan Batang Pasir. Ia meminta Uwak Batara Lengser untuk membuatkan pondok yang kokoh meskipun sederhana untuk Purbasari. Maka, Putri Purbasari pun ditinggalkan disebuah hutan yang lebat dan jauh dari istana.
Bagaimanapun rupanya, seseorang yang baik hati akan mudah diterima oleh lingkungannya dimana ia berada. Demikian juga dengan Putri Purbasari, berada di hutan justru membuatnya dekat dan akrab dengan binatang-binatang. Tidak ada hewan buas yang jahat kepadanya, justru mereka melindungi Putri Purbasari. Ia tidak pernah kelaparan, karena aneka buah-buahan dan umbi-umbian disediakan oleh binatang-binatang sahabatnya.
Salah satu binatang yang paling sering membawakan makanan untuk Putri Purbasari adalah seekor lutung, yang tidak lain adalah Lutung Kasarung jelmaan dari Sanghyang Guruminda. Lutung itu sangat baik padanya. Tidak hanya suka mengantarkan makanan, ia pun selalu setia menemani Putri Purbasari. Bersama lutung itu, Putri Purbasari tidak pernah marasa kesepian.
Pada suatu hari, Putri Purbasari merasa rindu kepada ayahandanya hingga ia menangis dan meratapi penyakit kulitnya yang membuatnya dianggap terkena kutukan. lutung kasarung yang mendengar ratapan Putri Purbasari segera mengerti siapa sebenarnya gadis itu. Ia segera menyelinap pergi, ia berdoa kepada Yang Maha Kuasa untuk memberikan obat kesembuhan bagi Putri Purbasari. Dengan doa yang dipanjatkan oleh Sanghyang Guruminda, maka terciptalah sebuah telaga kecil. Kemudian lutung kasarung menemui Putri Purbasari yang terlihat masih menangis, meratapi kerinduan pada ayahandanya.
Lutung kasarung lalu berbicara dan meminta Putri Purbasari untuk mandi dan berendam ke telaga tadi. Putri Purbasari terkejut, mengetahui bahwa lutung kasarung bisa berbicara seperti manusia. Hal itu, tentu saja membuat lutung kasarung lebih mudah meyakinkan Putri Purbasari agar mau mandi dan berendam di telaga kecil itu. Putri Purbasari percaya, bahwa lutung kasarung bukanlah binatang biasa. Ia pasti telah dikirim oleh Yang Maha Kuasa untuk menolongnya.
Benar saja, setelah mandi dan berendam di telaga kecil itu, penyakit kulit yang menjijikan dan beraroma busuk yang selama ini di derita oleh Putri Purbasari sembuh. Tidak ada sedikit pun bekas di wajah dan tubuhnya, bahkan kulitnya menjadi lebih segar, cerah dan halus dari sebelumnya. Wajahnya yang memang cantik, menjadi lebih cantik lagi dengan kulit yang bertambah mulus. Putri Purbasari merasa senang sekali, ia sangat berterimakasih kepada Yang Maha Kuasa dan lutung kasarung.
Sedangkan di Kerajaan Pasir Batang, Prabu Tapa Agung sangat merindukan anaknya, Putri Purbasari. Kemudian ia memerintahkan patih Uwak Batara Lengser untuk menjenguk keadaan Putri Purbasari. Sesampainya di hutan, Uwak Batara Lengser terkejut melihat keadaan Putri Purbasari yang telah sembuh. Ia kemudian meyakinkan Putri Purbasari dan mengajaknya kembali ke istana. Awalnya Putri Purbasari menolak, tetapi setelah mendengar bahwa ayahandanya sangat merindukannya akhirnya ia bersedia pulang. Putri Purbasari dengan ditemani lutung kasarung kembali ke istana Kerajaan Pasir Batang bersama Uwak Batara Lengser.
Kepulangan Putri Purbasari disambut dengan gembira oleh ayahandanya, Prabu Tapa Agung. Tetapi sebaliknya dengan Putri Purbararang dan Raden Indrajaya, mereka berdua merasa posisinya mulai terancam. Benar saja, Prabu Tapa Agung akan membuat pengumuman bahwa tahta kerajaan akan segera diserahkan kepada Putri Purbasari.
Putri Purbararang merasa keberatan. Ia mengajukan syarat kepada Prabu Tapa Agung, ia ingin mengadakan perlombaan memasak. Jika Putri Purbasari dapat mengalahkannya, maka ia rela membiarkan Putri Purbasari menjadi ratu. tetapi jka ia yang memenangkan perlombaan itu, maka ia lah yang berhak menjadi ratu. Prabu Tapa Agung menyetujui syarat yang diajukan oleh Putri Purbararang. Maka, diadakanlah perlombaan memasak antara Putri Purbasari dan Putri Purbararang.
Putri Purbararang dibantu oleh pelayan-pelayannya yang pintar memasak, membuat masakan Purbararang terlihat sangat lezat dengan aroma yang begitu harum. Berbeda dengan Putri Purbasari yng memsak sendirian, tentu ia sangat kewalahan. Akhirnya lutung kasarung memohon bantuan kepada Yang Maha Kuasa. Maka, diturubkanlah pada bidadari dan peri dari kayangan untuk membantu Putri Purbasari memasak secara kasat mata. Putri Purbasari terlihat memasak sendirian, padahal disekelilingnya tanpa seorangpun menyadari para peri dan bidadari membantunya. Mereka menambahkan bumbu-bumbu rahasia dari kayangan. Para juri lomba mencicipi masakan Putri Purbararang dan Putri Purbasari, kemenangan pun diberikan kepada Putri Purbasari.
Putri Purbararang sangat kesal, ia menyangka dia lah yang akan menang. Ia menolak mengaku kalah dan minta diadakan lagi sebuah perlombaan, yaitu perlombaan rambut panjang dan indah. Karena kesabarannya, Prabu Tapa Agung memberikan kesempatan kedua kepada Putri Purbararang. Putri Purbasari tidak takut akan kalah, meskipun ia tahu kakaknya mempunyai rambut lebih panjang dari rambutnya. Benar saja, ketika Putri Purbararang membuka simpul kondenya, rambutnya yang hitam legam dan indah terurai hingga mencapai betis. Lutung kasarung kembali berdoa kepada Yang Maha Kuasa, dan doanya pun dikabulkan kembali. Sebelum Putri Purbasari membuka simpul kondenya, para peri dan bidadari dari kayangan menyambung rambut Putri Purbasari. Para peri dan bidadari bekerja sangat cepat dan rapi, yang tadinya rambut Putri Purbasari hanya sampai sepinggang namun setelah terurai panjang rambutnya sampai ke tumit. Rambut itu selain panjang juga tampak indah sekali, jauh lebih indah dan lebih hitam dari rambut Putri Purbararang. Sekali lagi, putri Purbararang mendapat kekalahan.
Tetapi kata-katanya tidak bisa dipegang, Putri Purbararang kembali melakukan penolakan. Ia semakin gusar, ia meminta perlombaan yang ketiga. Kini Prabu Tapa Agung bersikap tegas, ia akan menyudahi perlombaan sampai yang ketiga ini saja. Putri Purbararang berjanji bahwa ini perlombaan yang terakhir. Bahkan ia bersumpah, jika kalah ia bersedia dipancung dan tampuk kekuasaan Kerajaan Pasir Batang sepenuhnya akan menjadi hak Putri Purbasari. Prabu Tapa Agung menyetujui hal tersebut.
Ternyata, Putri Purbararang meminta perlombaan adu ketampanan calon suami. Terkejutlah semua orang yang hadir disana. Pastilah perlombaan ini akan dimenangkan oleh Putri Purbararang, karena Raden Indrajaya merupakan pemuda paling tampan yang ada di Kerajaan Pasir Batang.
Putri Purbararang maju sambil menggandeng tangan Raden Indrajaya dengan senyum kemenangan dan kelicikan. Ia merasa sangat yakin, bahwa seluruh Kerajaan Pasir Batang akan menjadi miliknya. Ia bahkan menghina Putri Purbasari bahwa lutung itu adalah tunangannya. Putri Purbasari tidak tahu harus berbuat apa, hingga lutung kasarung berbisik kepadanya untuk segera menggandengnya dan maju mendekati Putri Purbararang dan raden Indrajaya.
Putri Purbasari dengan yakin menggandeng lutung kasarung dan maju ke depan mendekati Putri Purbararang dan Raden Indrajaya. Semua orang terhenyak,Putri Purbasari mempunyai tunangan seekor lutung yang jelek. Tetapi keadaan itu berlangsung sekejap, ketika lutung kasarung bersebelahan dengan Raden Indrajaya berubahlah ia menjadi sosok yang sebenarnya yaitu Sanghyang Guruminda. Dia adalah makhluk dari kayangan yang sangat tampan. Ketampanan Raden Indrajaya redup saat Sanghyang Guruminda berdiri disebelahnya, semua orang bertepuk tangan. Putri Purbararang dan Raden Indrajaya terkejut sekali, keadaan berubah seratus delapan puluh derajat. Hukum pancung menanti mereka.
Akan tetapi, karena kebaikan hati Putri Purbasari, hukum pancung tidak dilakukan. Ia memaafkan kakaknya dengan ikhlas. Prabu Tapa Agung sangat bahagia, tidak salah jika nantinya menyerahkan tampuk kekuasaan kerajaan kepada Putri Purbasari.
0 Response to "Cerita Lutung Kasarung Dan Putri Purbasari"
Post a Comment
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak...!