Pada suatu hari, sang ayah pergi berburu ke dalam hutan. di rumah hanya tinggal istri dan anak-anaknya. Waktu saat makan tiba, anak yang besar merajuk karena tidak ada ikan untuk teman nasinya juga tidak ada lauk pauk lainnya di rumah itu. Hal ini membuat ibunya sangat sedih.
Akhirnya, si ibu memerintahkan agar putrany mengambil belalang sendiri di dalam lumbung. Ketika si anak membuka pintu lumbung, ia kurang hati-hati. Pintu lumbung tetap terbuka, keadaan ini menyebabkan semua belalang terbang keluar.
Sementara itu ayahnya pulang berburu, sang ayah kelihatan amat lelah dan kesal karena tidak mendapat rusa buruan. Kemarahannya semakin bertambah ketika mengetahui dari istrinya bahwa semua belalang yang ada di lumbung telah terbang, kekesalannya semakin bertambah bila mengingat betapa lamanya dia mengumpulkan belalang-belalang itu. Kini semuanya telah lenyap hanya dalam waktu sekejap. Dalam keadaan tidak sadar diri itu, sang ayah memukul istrinya hingga babak belur, kemudian ia menyeretnya keluar rumah.
Sambil merintih kesakitan, sang ibu pergi meninggalkan rumahnya. Dalam keputusasaan itu, ia menuju batu belah yang selalu menerima dan menelan siapa saja yang bersedia ditelannya. Niat semacam ini dapat terkabul, jika ia menjangin, yaitu mengucapkan kata-kata sambil bernyanyi dalam bahasa Gayo sebagai berikut;
"Atu Belah, atu bertangkup, nge sawah pejaying te masa dahulu" artinya "Batu Belah, batu bertangkup, sudah tiba janji kita masa lalu".
Kata-kata itu dinyanyikan berkali-kali secara lembut oleh sang ibu yang malang itu. Sementara sang ibu pergi menuju Atu Belah, kedua anaknya terus mengikutinya sambil menangis dari kejauhan.Yang besar menggendong adiknya yang masih kecil.
Akhirnya, apa yang terjadi? Lambat laun, batu yang terbelah itu terbuka. Tanpa ragu-ragu, sang ibu masuk ke dalam mulut batu yang terbelah tersebut. Setelah ia berulang kali menyanyikan kalimat yang bertuah itu, sedekit demi sedikit tubuhnya ditelan oleh batu tersebut.
Pada waktu kedua anaknya itu tiba disana, keadaan alam disekitarnya sangat buruk. Hujan turun deras disertai angin ribut, bumi terasa bergetar karena menyaksikan Atu Belah menelan manusia. Setelah semuanya reda, dengan rasa sedih yang sangat mendalam kedua anak itu dapat melihat rambut ibunya yang tidak tertelan Atu Belah. Kemudian, anak sulungnya mencabut tujuh helai rambut ibunya untuk dijadikan jimat pelindung mereka berdua.
0 Response to "Cerita Atu Belah (Batu Belah)"
Post a Comment
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak...!